KERUSAKAN-KERUSAKAN JALAN

Kerusakan pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. RETAK (Crack)
Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu factor yang akan membuat luas/parah suatu (DepartemenPekerjaan Umum, 2007). Didalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yangseragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).
Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :

A. Retak Halus (Hair Cracking)
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.

A. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
Dalam tahap perbaikan, sebaiknya dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.

B. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)
Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.

C. Retak Pinggir (edge crack)
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jeni sekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi
Akibat lanjutan:
a Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.

Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.

D. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan
3. Drainase kurang baik.
4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Akibat lanjutan:
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

E. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebabnya adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah-celah yang terjadi.

F. Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalanlama.
Akibat lanjutan:
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

G. Retak Refleksi (reflection crack)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaikisecara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.
2. Perbedaan penurunan ( settlement ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan struktur perkerasan.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan denganmengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

H. Retak Susut (shrinkage crack)
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan danmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes ).
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan dilapis dengan burtu.

I. Retak Selip (slippage crack)
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama denganterbentuknya sungkur ( shoving ).
Kemungkinan penyebab:
1.Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis diantaranya:

A. Alur (ruts)
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasanroda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

B. Keriting (corrugation)
Kemungkinan penyebab:
1.Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
2.Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin
3.Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi
4.Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.
Keriting dapat diperbaiki dengan cara :
a. Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.
b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.

C. Sungkur (shoving)
Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa retak.Penyebab kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.

D. Amblas (grade depression)
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.
b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai

E. Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:
A. Lubang ( Potholes )
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

B. Pelepasan butir (raveling)
Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan

C. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)
Setelah itudilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya

4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.

5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)
Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.


Kerusakan Kaku / Beton (Rigid Pavement).

Kerusakan Perkerasan Kaku terdiri dari : 
  • Blowup (Buckling) 
  • Corner Break 
  • Durability Cracking ("D" Cracking)
  • Faulting 
  • Joint Load Transfer Sytem Deterioration 
  • Linier (Panel) Cracking
  • Popouts
  • Pumping
  • Punchout
  • Patching
  • Polished Aggregate 
  • Reactive Aggregate Distresses 
  • Shrinkage Cracking
  • Spalling


BLOWUP
Deskripsi : pergerakan setempat plat keatas dan pecah pada sambungan atau retak, biasanya terjadi akibat tidak tersedianya ruang pada plat /joint saat memuai pada cuaca panas
Masalah yang timbul : roughness, infiltrasi air, dalam kejadian extrim berbahaya bagi lalu lintas.
Penyebab : 
Saat cuaca dingin plat menyusut yg meninggalkan joint terbuka lebar, bila bukaan ini terisi material incompressible (pasir atau tanah) pada saat panas plat memuai dan terjadi tekanan.
Blowup dipercepat oleh joint yg gompal,d cracking dan kerusakan membeku dan mancairPerbaikan : full depth patch 





RETAK POJOK
Deskripsi : retak pada sambungan perkerasan di pojok yg disebut dekat pojok adalah dalam daerah 2 m, retak berlanjut kedalam plat.
Masalah yang timbul : roughness, air bisa masuk, ratak bisa berlanjut jadi patah, gompal dan disintregrasi.
Penyebab yang mungkin : oleh repetisi beban dikombinasi hilangnya daya dukung, load transfer yg jelek pada sambungan, curling stress dan warping stress.
Perbaikan ; full-depth patch





DURABILITY CRACKING
Deskripsi : rentetan ruang/retak yg berdekatan, retak bulan sabit dekat joint, sudut plat, disebabkan freeze-thaw, expansion agregat kasar didalam plat, retak durability ini umum terjadi pada kerusakan pcc.
Masalah : roughness, akan menyebabkan gompal dan disintregasi pada plat.
Penyebab : agregat yang peka terhadap freeze-thaw
Perbaikan : bisa dengan partial depth patch atau full depth 



FAULTING ( KETIDAKRATAAN)
Deskripsi : perbedaan elevasi joint yg bersebelahan atau daerah retak yg terjadi pada perkerasan tanpa dowel, biasanya plat didepannya lebih tinggi dari slab yg diinjak, perbedaan yg lebih 2,5 mm perlu dicatat dan bila melebihi 4 mm perlu di diamond grinding.
Masalah yang timbul : roughness
Penyebab : faulting ini umumnya disebabkan oleh plat pumping.
Perbaikan : ketinggian faulting kurang dari 3mm dibiarkan, jpcp antara 3 mm – 12, mm menunjukan dowel yang rusak, > 12,5 mm direkonstruksi. 




KERUSAKAN SISTEM JOINT LOAD TRANSFER
Deskripsi : retak melintang atau pecah disudut plat diakibatkan oleh joint dowel rusak.
Masalah yang timbul : roughness, indikator rusaknya sistem load transfer.
Penyebab : dowel rusak akibat korosi bila tidak diproteksi secara baik, atau misalignment dowel terlalalu dekat sisi slab pada saat pelakasanaan.
Perbaikan : ganti atau buang bagian yang dipengaruhi oleh joint load transfer diikuti dgn full depth patch.




LINIER (LAJUR ) CRACKING
Deskripsi : retak lajur tidak berhubungan dgn retak dipojok atau blowup, yg dapat menerus secara melintang ketengah plat, retak ini membagi plat secara terpisah menjadi dua tau empat bagian.
Masalah yang timbul : roughness, infiltrasi air menyebabkan erosi pada base dan/subbase, retak yg dapat menyebabkan gompal apabila tidak di sealed.
Penyebab : biasanya gabungan lalu lintas, perbedaan tingkat thermal, tekanan air dan hilangnya daya dukung.
Perbaikan : retak linier yg sempit dapat di sealing, bila retak jamak, di full depth patch.




PATCHING (TAMBALAN)
Deskripsi : daerah perkerasan yg telah diganti dgn material baru pada perkerasan yg ada, tambalan tetap dianggap kerusakan walau ia berfungsi secara baik.
Masalah : roughness
Penyebab : kerusakan perkerasan setempat yg telah dibuang dan ditambal.
Perbaikan : tambal, hanya dengan cara membongkar dengan overlay atau penggantian plat




POLISHED AGGREGATE
Deskripsi : daerah perkerasan yang bagian agregat dipermukaan hilang partikel halusnya.
Masalah : menurunnya skid resistance.
Penyebab : trafik yang berulang ulang, terutama disebabkan penggunaan agregat yang mudah terabrasi
Perbaikan : diamond grinding atau overlay




POPOUTS ( BERLOBANG)
Deskripsi : sebagian kecil perkerasan yang pecah dan lepas dari permukaan yang meninggalkan bekas lobang kecil, ukuran diameter 25-100 mm dengan kedalaman 25-50 mm.
Masalah : roughness, biasanya indikasi material yg jelek.
Penyebab : disebabkan durabilitas agregat yg jelek akibat freeze-thaws, expansive aggregate, reaksi alkali agregate.
Perbaikan : kerusakan kecil tersendiri tidak perlu perbaikan kecuali, rusak yg luas diperbaiki dgn partial depth patch.




PUMPING
Deskripsi : perpindahan material dibawah plat atau penyemprotan material dari bawah plat akibat tekanan air, tekanan ini disebabkan oleh, pergerakan plat, pergerakan plat dibawah plat yg bersebelahan, pergerakan plat yg memindahkan material sehingga hilang daya dukungnya.
Masalah : menurunnya daya dukung yg dapat menyebabkan linier cracking, pecah dipojok, dan faulting.
Penyebab : akumulasi air dibawah plat,karena tingginya muka air, drainase yang jelek, retak panel atau joint seal yang jelek yg kemasukan air
Perbaikan : full depth patch dan membuang yang rusak, pertimbangkan dgn memberikan dowel bars, untuk meningkatkan load transfer, dgn memberikan stabilisasi pada bagian yg pumping, drainase perlu diperbaiki. 




PUNCHOUT (REMEK)
Deskripsi : sebagian plat tertentu, pecah menjadi beberapa bagian kecil, khususnya yg retak lepas dan disintregasi.
Masalah : roughness, bisa termasuki air sehingga erosi pada base/subbase, retak yg lepas dan plat disintregasi.
Penyebab : menunjukan kerusakan pelaksanaan setempat ump kurang pemadatan, menyebakan korosi pada baja, kurang penulangan , terlalu besar retak susut atau terlalu banyak retak susut.
Perbaikan : full depth patch



REACTIVE AGREGATE DISTRESSES
Deskripsi : bentuk atau retak terpola pada permukaan plat disebabkan reaksi agregat, hal ini disebabkan penggunaan persenyawaan kimia
Masalah : roughness, indikasi agregat yang jelek, yg mengakibatkan plat disintregasi.
Penyebab : kualitas agregat yg jelek, umumnya reaksi agregat alkali.
Perbaikan : partial depth patch untuk daerah yg kecil atau penggantian plat untuk yang luas.



SHRINKAGE CRACKING
Deskripsi : retak rambut terbentuk selama beton setting dan curing yg tidak terlokasi pada joint, biasanya tidak sampai menerus sedalam plat, retak ini dikatakan kerusakan apabila terjadi secara tidak terkontrol
Masalah : aesthetic, indikasi pengerutan plat yg tidak terkontrol, pada jpcp ia akan lebar yang bisa kemasukan air, pada crcp bila lebih lebar dari 0,5 mm dapat dimasuki air.
Penyebab : semua beton akan menyusut jadi pada perkerasan hal ini dibuat persyaratan untuk mengontrolnya, tetapi penyusutan yang tidak terkontrol dapat mengindikasi :
Contraction joint telat digergaji, pada jpcp hal ini dapat menyebabkan retak tidak pada tempat yang direncanakan.
Disain pembesian yang salah, pada crcp pembesian yang benar akan menghasilkan shrinkage cracks setiap 1,2 – 3,0 meter.
Teknik perawatan yang tidak memadai, apabila permukaan plat dibiarkan mengering terlalu cepat, yang akan terjadi menyusut terlalu cepat dan terjadi retak.
Penggunaan beton high early strength, usaha mempercepat pembukaan lalu lintas digunakan jenis ini, yang mempunyai hidrasi yg sangat tinggi dan menyusut dgn cepat.Perbaikan : kerusakan ringan dan sedang retak di sealing, rusak berat dgn penggantian total.





SPALLING
Deskripsi : retak, pecah atau chipping pada joint/retak pinggir, biasanya terjadi 0,6 meter dari joint/retak pinggir.
Masalah yang timbul : lepas berpuing pada perkerasan, roughness, umumnya merupakan indikator kelanjutan kerusakan joint/retak
Penyebab : terlampaui tegangan pada joint/retak yang disebabkan infiltrasi incompressible material dan kelanjutan dari proses expansi. Disintergrasi beton dari freeze-thaw atau retak “d”. Lemahnya beton pada joint kerena kurang padat. Missalignment atau dowel berkarat. Beban lalu lintas yg berat.
Perbaikan : spalling <75 mm dari garis retak dapat diperbaiki dgn partial-depth patch, > 75 mm mengindikasikan spalling pada dasar joint, harus dgn full-depth patch






Sumber;

Comments

Popular Posts